Sabtu, 13 Maret 2010

memahami tatapan mata

Para psikiater dan psikolog pasti pernah merasakan betapa sulinya berkomunikasi dengan insan autistik. Istilah autistik adalah kata sifat. Kata bendanya adalah autisme , yang berarti miskin kontak sosial. Insan autistik itu seolah hanya hidup dalam alam pribadinya sendiri, yang nyaris terpisah total dari dunia masyarakat pada umumnya.
Padahal, para psikiater dalam psikolog amat memerlukan komunikasi yang lancar dan efektif dengan setiap kliennya demi pemahaman yang menyeluruh tentang diri klien dan problemnya. Pemahaman itu sangat penting karena, dengan landangan pemahaman tersebut, psikiater dan psikolog memberikan bantuan dan usulan untuk klien mereka.
Ada satu pertanda yang gampang dikenali dan dirasakah keberadaannya apda insan autistik, yakni tatapan mata yang miskin empati. Cara memandang atau menatap orang lain yang dilakukan insan autistik punya ciri khas. Dingin sama sekali tidak hangat, terasa asing, dan jauh. Tatapan matanya tak bersahabat, tidak mencerminkan keinginan berkomunikasi yang hangat, dan tidak membersitkan human understanding (pengertian manusiawi). Oleh karena itu, obyek atau orang yang dipandang oleh insan autistik akan merasakan betapa dirinya tidak cukup diperhitungkan. Seolah memang insan autistik tidak pernah memberikan perhatian pada orang lain.
Jadi,insan autistik yang punya cara menatap atau melihat orang lain secara khas seperti disebut di atas, tampil seolah sebagai manusia yang meremehkan dan tak membutuhkan orang lain. Orang yang tidak tahu, sering kali menganggap insan autistik sebagai ”orang yang sombong”, “manusia angkuh”, bahkan ada pulayang mengira “insan taktahu diri dan tak sopan”.
Pada titik ini dapat ditangkap satu kristal penting dalam hubungan antar manusia. Kristal penting ini berpusat pada cara manusia menatap atau memandang orang lain. Cara menatap orang lain bisa sangat menentukan kualitas relasi antar manusia. Itu sangat menentukan kesan, sejauh mana seseorang memiliki daya empati, yaitu kemampuan memahamiperasaan, pikiran, kemauan, sikap, dan tindakan orang lain. Orang yang memandang orang lain dengan tatapan mata empatetik, akan membuat orang yang dipandang merasa “diorangkan”, dihargai, dan diperlakukan sebagai orang penting, setidaknya merasa tidak diremehkan.
Pada dasarnya setiap insan sangat mendambakan perlakuan seperti itu. Setiap insan adalah makhluk yang memiliki kebutuhan psikis penting yang disebut need of acceptance dan need of understanding . Setiap insan membutuhkan perasaan diterima dan dimengerti orang lain. Ketika kedua kebutuhan tersebut dihayati manusia, niscaya dia akan merasa ditempatkan pada posisi kemanusiaan yang optimal. Pada posisi itu dia akan memakarkan potensi-potensi kreatif yang dimilikinya secara optimal pula. Di sinilah letak kekuatan tatapan mata empatetik.
Tatapan mata empatetik adalah cara memandang yang tidak egosentris. Tatapan mata tersebut meruyak dari kesadaran manusia yang penuh oleh keinginan memahami dan menerima orang lain dengan kehangatan wajar. Justru manusia dengan tatapan mata empatetik ini, akan menuai banyak kebaikan dan “keuntungan” sejati dari orang lain. Orang yang dipandang dengan tatapan mata empatetik cenderung akan meluapkan segenap potensi kreatif yang ada pada dirinya. Luapan potensi kreatif ini pada gilirannya akan memandang dengan tatapan mata empatetik itu.
Seorang pemimpin, direktur, atau komandan yang memandang anak buahnya dengan tatapan empatetik, sungguh menempatkan anak buahnya pada posisi kemanusiaan optimal. Dengandemikian si anak buah akan mampu menumbuh kembangkan dan meluapkan segenap potensi kreatif yang ada dalam khazanah jiwanya secara optimal. Dia tidak akan sekadar bekerja karena perintah yang digariskan oleh pemimpinnya. Dia tidak semata berkarya sesuai dengan batasan pekerjaan yang terangkum dalam job description . Lebih dari semua itu, dia akan bekerja dan berkarya secara kreatif, dengan hasil berlipat ganda, tidak sekadar terbatas pada hasilyang ditargetkan.
Tatapan mata empatetik merupakan satu kristal penting dalam relasi antar manusia yang positif. Pada dasarnya setiap insan yang ingin membina relasi dengan orang lain, niscaya belajar memandang sesamanya dengan tatapan empatetik. Tatapan mata empatetik bukanlah tatapan munafik yang memancar karena daya kehendak memperalat orang lain. Tetapi tatapan mata yangmemancar dari pikiran sehat yang dimuati kesadaran tentang betapa pentingnya memperhatikan orang lain. Ini terpancar dari nurani bening yang bisa merasakan betapa setiap insan pada dasarnya adalah makhluk yang butuh diterima dan dimengerti oleh orang lain.
Sudahkah Anda berupaya memandang setiap insan yang berelasi dengan Anda dengan tatapan mata empatetik? Ataukah Anda cenderung memandang orang lain seolah sebagai semacam instrumen yang harus bekerja mendatangkan keuntungan berlimpah buat Anda sendiri? Sadarkah Anda, cara memandang seperti itu justru tidak menguntungkan kebaikan dan keuntungan sejati buat Anda? Sadarkah Anda, hanya cara memandang penuh empatilah yang akan memicu semangat kerja dan kary kreatif yang membuahkan hasil berlipat ganda?
Penumbuhkembangkan tatapan mata empatetik bisa dimulai dari kesudian memangdang setiap orang yang baru berkenalan dengan Anda, dengan penuh perhatian kemanusiaan yang hangat. Pandanglah setiap insan, sejak saat pertama kali Anda berkenalan sebagai manusia yang akan berprestasi optimal dan meluapkan kebaikan-kebaikan, kalau need of acceptance dan need of understanding -nya terpenuhi.

Tidak ada komentar: